Sejarah
Berawal dari kekaguman K. H.
Ahmad Dahlan sewaktu melihat kegiatan baris-berbaris JPO (Javaanche
Padvinders Organistie) yang merupakan gerakan kepanduan Indonesia yang
berdiri atas prakarsa S.P. Mangkunegara VII pada tahun 1916.
Tahun 1920 dengan kata sepakat
nama PADVINDER MUHAMMADIYAH diganti dengan HIZBUL WATHAN yang berarti "PEMBELA
TANAH AIR". Nama Hizbul Wathan sendiri berasal dari nama kesatuan
tentara Mesir yang sedang berperang membela tanah airnya.
Pesatnya kemajuan Hizbul Wathan,
rupanya mendapat perhatian dari NIPV (perkumpulan kepanduan Hindia Belanda).
Pada waktu itu gerakan kepanduan yang mendapat pengakuan International hanyalah
yang bergabung dalam NIPV tersebut.
Hizbul Wathan (HW) menolak ajakan
NIPV untuk bergabung, karena HW sudah mempunyai dasar sendiri yaitu Islam, HW
sudah mempunyai induk sendiri yaitu Muhammadiyah. Dan sesuai dengan induknya,
HW anti penjajah, sehingga HW tidak dapat mengikuti aturan NIPV dan HW
pun di bubarkan.
Pada permulaan jaman Jepang, HW
bangkit kemballi dan masih nampak kegiatannya, namun tidak lama kemudian pada
tahun 1943 secara terang-terangan Jepang melarang berdirinya organisasi-organisasi
kepanduan serta pergerakan lainnya di Indonesia.
Setelah kemerdekaan RI, pada
tanggal 29 Januari 1950, Hizbul Wathan dibentuk kembali berdasarkan amanat
Panglima Besar Jenderal Sudirman agar kepanduan Hizbul Wathan yang merupakan
tempat pendidikan untuk cinta tanah air didirikan lagi.
Pesatnya perkembangan gerakan
kepanduan di tanah air menjadi alasan bagi Pemerintah RI waktu itu untuk
meleburkan seluruh organisasi kepanduan di Indonesia menjadi Gerakan Pramuka
pada tanggal 9 Maret 1961.
Seiring dengan masa reformasi
yang ditandai dengan runtuhnya Orde Baru tahun 1998, maka pada tanggal 10
Sya'ban 1420 H atau bertepatan dengan tanggal 18 November 1999 M, Kepanduan
Hizbul Wathan dibangkitkan kembali oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Author: Mohammad
Mohammad is the founder of STC Network which offers Web Services and Online Business Solutions to clients around the globe. Read More →
Related Posts:
Sejarah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: